GPI Madina: Narasi Kebangsaan Bahaya Komunisme Harus Digaungkan Secara Massif

Daerah251 views
polresmadina

MNC Trijaya Mandailing Natal (30/09) (Panyabungan) – Setiap akhir bulan September, di tengah masyarakat akan selalu ramai wacana tentang G 30 S/PKI, baik mengenai sejarah, film, atau masalah ideologi.

Pimpinan Daerah Gerakan Pemuda Islam Kab Madina menyerukan agar seluruh komponen bangsa terus mewaspadai ideologi komunisme dengan segala gaya dan bentuknya. “Bahaya laten komunis bukan sekadar isapan jempol, tapi bisa muncul kembali dalam berbagai bentuk tanpa terdeteksi. Umat Islam khususnya harus siap waspada dan hati-hati” tegas Ketua Bidang Keagamaan PD GPI Kab Madina Samsul Hidayat Borotan, S.PdI bersama Komandan Brigade GPI Kab Madina Jufriadi kepada pers (30/09).

iklansoman

Menurut alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu, kita tak boleh abai dengan gerakan neo komunisme yang bisa saja sewaktu-waktu akan memecah belah kerukunan dan integrasi bangsa.

Membendung komunisme, tutur Samsul itu memiliki dasar hukum yang kuat yakni Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966.

Selain itu, tambah alumnus Pontren Musthafawiyah Purba Baru ini, narasi kebangsaan tentang 4 pilar bangsa yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika harus terus diintensifkan secara massif.

“Nilai-nilai Pancasila harus diimplemetasikan dalam kehidupan keseharian oleh semua tingkatan masyarakat. Kita yakin ideologi yang tak sesuai dengan karakter bangsa akan hilang bila kita menjalankan nilai-nilai Pancasila,” ujar Samsul.

Samsul menyayangkan apabila ada pejabat yang jauh bahkan menyimpang dari nilai-nilai Pancasila serta tidak mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam program dan kebijakannya. “Pancasila jangan dianggap remeh, sebab ideologi ini dirumuskan oleh para pendiri bangsa dengan perjuangan yang panjang. Kesaktian Pancasila akan terwujud bila kita berhasil mengkolaborasi segala kelompok yang majemuk dalam bingkai persatuan dan kesatuan” tegasnya.

Ditambahkan, narasi yang menginspirasi bangsa tentang bahaya komunisme harus terus digaungkan secara luas untuk meng’counter’ opini sesat yang dihembuskan pihak lain untuk memutar balikkan fakta sejarah seperti narasi yang menyatakan PKI adalah korban kekejaman orde baru, pemerintah harus meminta maaf kepada PKI, politik adu domba dll.

“Narasi kebangsaan akan menggerakkan masyarakat untuk selalu berhati-hati dan mewaspadai komunisme serta tolak ukur konsolidasi kekuatan umat agar tidak memberikan celah sedikit pun kepada komunisme untuk bangkit. Pintu untuk komunisme harus kita tutup rapat-rapat dan jangan ada ruang sedikitpun untuk hidup di Indonesia” ujarnya.

Sementara Komandan Brigade GPI Kab Madina Jupriadi menyatakan, GPI (yang sebelumnya bernama GPII_red) termasuk salah satu organisasi yang menjadi musuh utama PKI di Indonesia. Dalam literatur sejarah tercatat PKI dan GPII sering bentrok berdarah di era 1960-an.

“Tragedi di Pesantren Kanigoro awal tahun 1965, acara pengkaderan GPII diserbu oleh PKI. Tak hanya membubarkan acara, tetapi peserta diseret paksa dan dibunuh, muslimah GPI dilecehkan, kitab suci al-Qur’an dikoyak dan dinistakan” ujar Jupriadi.

Puncak perseteruan, kemudian atas desakan PKI akhirnya Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 139 Tahun 1963 tentang pembubaran Organisasi Gerakan Pemuda Islam Indonesia. (G.P.I.I), yang akhirnya bertransformasi berubah nama menjadi GPI (Gerakan Pemuda Islam) sampai sekarang.

“Generasi Muda Islam jangan sampai buta sejarah. Sejarah kelam pengkhianatan PKI adalah obor yang harus terus kita nyalakan, sehingga umat ini bangsa ini tetap tercerahkan” tambahnya.

GPI Kab Madina menyerukan agar setiap akhir September dijadikan momentum untuk mengokohkan perlawanan umat terhadap ideologi komunisme.

“30 September harus dijadikan momentum pengokohan jati diri bangsa dan konsolidasi umat yang semakin menguatkan komitmen kita bahwa komunisme adalah musuh nyata umat Islam, bangsa dan negara” tegasnya. (30/09).(009)

PPP

Komentar