MNC Trijaya Mandailing Natal (24/08) (Panyabungan) – Gabungan Organisasi Mahasiswa (Ormawa) Kabupaten Mandailing Natal (Madina) menggelar acara Koalisi Pemilih Milenial (Kopi Milenial), Sabtu (24/08/2024) siang.
Acara Kopi Milenial yang diinisiasi oleh Indonesia Youth Epicentrum Mandailing Natal (IYE Madina) ini diadakan di Cafe Adeeva Jalan Williem Iskander Kelurahan Pidoli dolok kecamatan Panyabungan.
Adapun ormawa yang hadir adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia Mandailing Natal (GmnI Madina), Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia Mandailing Natal (SEMMI Madina), Himpunan Mahasiswa Islam Mandailing Natal (HMI-MPO Madina), dan Madina Care Institute.
Acara Kopi Milenial ini mengangkat tema “Perlawanan terhadap money politics dan polarisasi pada Pilkada Madina 2024”.
Dalam acara ini, setiap perwakilan dari masing-masing organisasi menjelaskan tanggapan mereka tentang permasalahan money politics dan polarisasi pada Pilkada Madina tahun 2024.
Dasar dari tanggapan setiap perwakilan organisasi – organisasi tersebut adalah Pilkada Madina tahun 2020 dan Pileg-Pilpres tahun 2024 yang menunjukan adanya kekuatan money politics dan polarisasi yang memengaruhi pilihan dari masyarakat.
Sementara Wadih Ar-Rasyid selaku Koordinator Nasional Pemantau Pilkada Indonesia Youth Epicentrum disela acara menjelaskan bahwa pada dasarnya money politics dan polarisasi akan memberi dampak buruk pada kehidupan masyarakat Madina.
“Dampak buruk yang dimaksud adalah tentang bagaimana perjalanan hidup politik yang mengatur pembangunan serta ekonomi dari masyarakat.”ungkapnya.
Selain itu, Ketua SEMMI Madina, Adek Saputra menjelaskan bahwa, perut yang kosong akan selalu dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok pragmatis dalam menjalankan serangan fajar, untuk memenuhi tujuan dari hasrat kekuasaan.
”Tentu hal ini akan membahayakan masyarakat Madina, terkhususnya lima tahun kedepan apabila money politics dibiarkan.”katanya.
Sedangkan Ketua GMNI Mandailing Natal, Rajab Husein dalam pendapatnya mengatakan, kelicikan dari politisi harus dilawan dengan kelicikan juga. Hal ini bercermin dari realita politik hari-hari belakangan, tentang massifnya perputaran politik uang.
Terkait ini, Rajab menyodorkan solusi bagi masyarakat Madina untuk bagaimana caranya, agar masyarakat tetap menerima uang dari setiap pasangan calon yang hendak memainkan politik uang, tapi pasangan calon yang memberi uang tersebut jangan dipilih.
Sementara itu Ketua Mide Formatur HMI-MPO Madina, Haisar Aslam menuturkan, untuk melawan money politics, kita harus berdiri di jalan yang lurus.
”jalan lurus yang dimaksud adalah bagaimana pun caranya uang dari paslon harus ditolak. Apapun ceritanya, agar kita terhindar dari dosa, hal ini sesuai dengan islamisme yang dianut oleh organisasi dari Haisar Aslam.”tegasnya.
Dan terakhir Ketua Indonesia Youth Epicentrum Madina, Farhat Donganta menjelaskan IY Epicentrum adalah lembaga pemantau pilkada Madina untuk tahun 2024.
Untuk itu Farhan mengajak elemen mahasiswa dan pemuda untuk bersama-sama menegakkan peraturan dan menajamkan mata pada kecurangan serta mengkritisi setiap tahapan pilkada apabila ada kesalahan.
Selain itu, mengenai polarisasi, Farhan Donganta berpendapat bahwa pendikotomian yang ada pada polarisasi masyarakat harus segera dilawan dengan menyatakan bahwa Indonesia adalah Indonesia yang terdiri dari setiap agama, suku, dan ras di dalamnya, kita dipersatukan dengan satu bahasa yakni bahasa Indonesia.
“Harapan yang ada di dalam acara ini tidak lain adalah bagaimana caranya agar money politics dan polarisasi dapat diminimalisir dan kedua hal buruk tersebut tidak menjadi bumerang bagi pembangunan Madina dalam lima tahun kedepan.”ujarnya.
Pantauan wartawan, diakhir acara ini, Madina Care Institute, Indonesia Youth Epicentrum Madina, GMNI Madina, SEMMI Madina, dan HMI-MPO Madina, menyepakati bahwa akan membangun kebersamaan dan kekuatan pemuda dan mahasiswa untuk bersama-sama meminimalisir money politics dan polarisasi pada Pilkada Madina tahun 2024.
Hal ini dilakukan agar tercapainya demokrasi yang lurus dan pembangunan yang baik untuk Madina serta dapat memberikan kesempatan anak muda yang notabene adalah masyarakat kelas menengah kebawah, untuk mendapatkan kesempatan dalam setiap kompetisi demokrasi tanpa uang untuk memengaruhi pilihan masyarakat. (007)